Di dekat tembok pagar depan Grajen Coffee Shop yang terletak di Jalan Grajen, Banurejo RT 05 RW 01 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, tumbuh tanaman mangkokan setinggi 1,7 meter. Ia tumbuh di bawah bayang-bayang pohon belimbing (Averrhoa carambola) yang dibelit janda bolong (Monstera adansonii).
Nama ilmiah tanaman mangkokan adalah Polyscias scutellaria (Burm.fil.) Fosberg. Nama genus Polyscias berasal dari bahasa Yunani dari kombinasi kata “polys” (banyak) dan “scias” (naungan), mengacu pada pertumbuhan yang lambat dengan daun tebal dan menyukai ditempat yang teduh [
1https://www.studioplant.com/nl_en/shop/polyscias-scutellaria-fabian-107
]. Sedangkan, julukan khusus scutellaria berasal dari bahasa Latin “scutella” (piring, mangkuk), mengacu pada bentuk kelopak daun yang menyerupai mangkuk [2https://bloomboxclub.com/products/aralia-fabian#:~:text='%20The%20latin%20name%20Polyscias%20derives,the%20shape%20of%20the%20calyx
].Spesies ini pertama kali dideskripsikan sebagai Crassula scutellaria pada tahun 1768 oleh seorang dokter dan ahli botani Belanda Nicolaas Laurens Burman (1734-1793), dan dipublikasikan dalam Flora Indica: cui accedit series zoophytorum Indicorum, nec non prodromus florae Capensis [
3Burmanni, Nicolai Laurentii. (1768). Flora Indica: cui accedit series zoophytorum Indicorum, nec non prodromus florae Capensis. Amstelaedami: Apud Cornelium Haek. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/123275
], atau Fl. Ind. (N. L. Burman) 78 (1768).Nicolaas Laurens Burman adalah putra seorang dokter dan ahli botani Belanda Johannes Burman (1707-1780). Karena profesi yang sama antara anak dan ayah, maka dalam penulisan taksonomi biasanya dibedakan. Umumnya bila yang mendeskripsikan anaknya yang kebetulan profesinya sama, biasanya dibelakangnya ditambahi filial, atau yang disingkat f., artinya keturunan atau anak. Oleh karena itu, pada spesies tersebut ditulis Crassula scutellaria Burm.f.
Daun mangkokan (Polyscias scutellaria) |
Spesies ini sempat berganti nama berkali-kali. Burman mengutip Scutellaria prima Rumph. sebagai sinonim dari Crassula scutellaria miliknya, tetapi secara keliru mengutip ilustrasi tersebut sebagai t.30 dan bukannya t.31. Sosok dan deskripsi Rumphius adalah dasar keseluruhan Aralia cochleata Lam., Panaxc cochleatum DC. dan Nothopanax cochleatum Miquel. Tokoh Rumphian sebagian besar dikutip dalam literatur dengan nama Panax cochleatum DC. dan Aralia cochleata Lam. [
4Merrill, E.D. (1917). An interpretation of Rumphius's Herbarium Amboinense. Manila: Bureau of printing. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/151090
].Akibatnya, deretan sejumlah revisi atau sinonim bermunculan. Crassula scutellaria Burm.f. (1768); Aralia cochleata Lam. (1783); Panax scutellarioides Reinw. (1826); Panaxc cochleatum DC. (1830); Nothopanax cochleatum Miq. (1857); dan Nothopanax scutellarius (1917).
Kemudian pada tahun 1948, spesies ini direvisi lagi dan masuk dalam genus Polyscias menjadi Polyscias scutellaria oleh seorang ahli botani dan ekologi Amerika Francis Raymond Fosberg (1908-1993), dan dipublikasikan dalam Occasional Papers, University of Hawaii. Honolulu, HI [
5https://www.ipni.org/n/91817-1
], atau Occas. Pap. Univ. Hawaii 46: 9 (1948).Selain nama ilmiah, Polyscias scutellaria mempunyai sejumlah nama umum (common names). Dinnerplate-aralia, shield aralia (Inggris); silveraralia (Swedia); Malesianhopea-aralia (Finlandia); glänzende fiederaralie (Jerman); platito (Spanyol); yuán yè nányáng shēn (China); dinh lang dia (Vietnam); krut kra thong (Thailand); pokok puding mangkok, semangkok, daun belangkas (Malaysia); mangkokan (Indonesia); ndosir, umroki (Vanuatu); danidani (Fiji); tagitagi (Samoa); papaie, kaope pa (Kepulauan Cook) [
6Polyscias scutellaria (Burm.fil.) Fosberg in GBIF Secretariat. GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-10-29.
,7https://eol.org/pages/1152275/names
,8http://www.stuartxchange.org/Platito
].Batang mangkokan (Polyscias scutellaria) |
Di Indonesia, tanaman mangkokan (Polyscias scutellaria) memiliki sejumlah nama lokal dari berbagai daerah. Tapak leman/tapak liman (Sumatera); bobokang (Banten); mamanukan, mamangkokan, pohon mangkok (Sunda); godong mangkokan (Jawa); puring (Madura); mangko-mangko (Makassar); tuwa mangku; daun mangkok (Manado); goma matari, sawoko ( Halmahera); rau paron (Ternate); ai lohoi, ai laun niwel, daun koin, daun papeda (Ambon); lanido, ndalido, ranido (Rote) [
9https://dpmg.bandaacehkota.go.id/2012/07/27/bumbu-masak-rempah-daunbungabuah/
,10Hariana, H. Arief. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 2. Jakarta: Penebar Swadaya
,11https://www.indonetwork.co.id/product/daun-mangkok-mangkokan-nothopanax-scutellarium-merr-sinonim-nothopanax-cochleatum-lamk-miq-5397094
].Polyscias scutellaria (mangkokan) termasuk dalam famili Araliaceae, dan berasal dari Malesia hingga Pasifik Barat Daya, atau dari Asia Tenggara membentang hingga Polinesia, sebuah kawasan Pasifik di timur Papua Nugini.
Tanaman ini termasuk perdu tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi 1-3 meter. Batangnya berkayu, bentuknya bulat, panjang dan lurus. Daunnya tunggal, bertangkai dan tebal dengan urat daun terlihat jelas. Bentuk daunnya bulat dengan tepi bererigi dan menekuk ke atas (melengkung) hingga menyerupai mangkuk, karenanya orang menyebut sebagai daun mangkokan.
Selain sering kita temui sebagai tanaman pagar maupun hias, tanaman mangkokan (Polyscias scutellaria) memiliki beberapa kegunaan. Di Jawa, daun mangkokak dapat dibuat cem-ceman dengan dicampur minyak kelapa (lengo klentik) untuk mengatasi rambut rontok dan tidak cepat beruban.
Ada juga yang memanfaatkan daun mangkokan yang belum tua untuk dimasak maupun untuk pakan ternak [
12HANUN, ZAHRA & ATHAYA, DANASTRI & SHOLEKHA, AINI & DAMAYANTI, CLARA & NAZAR, IRFAN & CAHYANINGSIH, AGUSTINA & JUNAEDI, EDI & JR, INOCENCIO & SETYAWAN, AHMAD. (2023). The use of non-medicinal plants by the community of Ayah Village in South Gombong Karst Area, Kebumen, Central Java, Indonesia. Nusantara Bioscience. 15. 10.13057/nusbiosci/n150108. Retrieved from https://smujo.id/nb/article/view/14124
], dan digunakan untuk mengendalikan keong mas (Pomacea canaliculata) [13Rusli, R., Sari, I., & Busniah, M. (2022). Effectivity of Mangkokan Leaf Extract (Nothopanax scutellarium Merr) with Different Treatments to Control Golden Snail (Pomacea canaliculata Lamarck). Jurnal Proteksi Tanaman, 6(1), 26-34. doi:10.25077/jpt.6.1.25-33.2022. Retrieved from http://jpt.faperta.unand.ac.id/index.php/jpt/article/view/91
].Tanaman mangkokan (Polyscias scutellaria) |
Dalam pengobatan tradisional, tanaman mangkokan (Polyscias scutellaria) mengandung senyawa aktif turunan golongan flavonoid. Berdasarkan studi etnobotani, daun Polyscias scutellaria banyak dikonsumsi oleh ibu menyusui dengan tujuan untuk meningkatkan produksi ASI [
14Budiono, B., Pertami, S. B., Arifah, S. N., & Lestari, S. R. (2021, May). Molecular docking analysis of Polyscias scutellaria active compounds as inhibitor of dopamine D2 receptors to increase prolactin secretion. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2353, No. 1). AIP Publishing. http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/karyadosen/1._Prosced_Icolist_Budiono_.pdf
]. Dalam laman Sariayu disebutkan bahwa sejak dulu, tanaman mangkokan juga telah digunakan untuk membantu mengatasi beberapa masalah kesehatan terutama untuk membantu menyembuhkan luka, memulihkan kondisi pasca melahirkan, radang payudara, dan mengatasi bau badan serta merangsang pertumbuhan rambut.
Penelitian lain menyebutkan bahwa Polyscias scutellaria (mangkokan) memiliki aktivitas antioksidan [
15Nasution, S. L. R., Ginting, C. N., & Lister, I. N. E. (2022). Determination of Total Flavonoid Level and Antioxidant Activity of Ethyl Acetate Fraction of Mangkokan Leaf Extract (Nothopanax scutellarium [Burm.f] Merr.). Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 10(A), 1001–1005. https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.8131
], antibakteri [16Ekaviolita, Erika; Tjahjoleksono, Aris & Wahyudi, Aris Tri. (2023). Aktivitas Antibakteri Dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Dari Ekstrak Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria). Bogor: IPB University. Retrieved from https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116428
], dan berpotensi sebagai obat kanker serviks [17Kurniawan, Muhammad & Humaedi, Aji. (2021). THE POTENTIAL OF ACTIVE COMPOUNDS Polyscias Scutellaria AS INHIBITORS IN CERVICAL CANCER WITH VIRTUAL SCREENING APPROACH. Jurnal Kimia dan Kemasan. 43. 22. 10.24817/jkk.v43i1.6836. http://ejournal.kemenperin.go.id/jkk/article/view/6836
]. Dalam laporan lapangan (field report) Aelys Humphreys [18Humphreys, Aelys. The Ethnobotanical Uses of Plant Species in the Kakenauwe and Lambusanga Forest Reserve Areas. Plant Science 4. Retrieved from https://www.ed.ac.uk/sites/default/files/atoms/files/rennie-report-ahumpherys.pdf
] dalam Operation Wallacea yang berjudul The Ethnobotanical Uses of Plant Species in the Kakenauwe and Lambusanga Forest Reserve Areas menceriterakan bahwa masyarakat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang bermukim di Kawasan Hutan Lindung Kakenauwe dan Lambusanga memanfaatkan daun mangkokan (Polyscias scutellaria) sebagai tabir surya (sunblock) yang diberi nama “Bedak Dingin”. Pengertian tabir surya (sunblock) adalah tabir surya yang dapat menghalau dan memantulkan sinar matahari dari kulit. Beras, temulawak dan kunyit ditumbuk halus dan dibuat menjadi bola-bola kecil untuk penyimpanan oleh masyarakat di sana. Ketika akan digunakan, tambahkan air lalu campurkan daun mangkok segar dan oleskan pada wajah. *** [291023]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar