Rabu, November 01, 2023

Parkia speciosa, Petai Yang Bikin Abab Tak Sedap

  Budiarto Eko Kusumo       Rabu, November 01, 2023
Secara umum, bangunan Balai Desa Karangsari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, adalah bangunan yang terletak di ujung pertigaan jalan. Bangunan ini sejajar dengan jalan pertigaan yang lurus atau tusuk sate (T-Junction), yang lingkungan sekitarnya masih sejuk dan asri lantaran masih banyak pepohonan, seperti kelapa, beringin, aneka bambu, kluwih, jati, mangga, tebu, dan lain-lain.
Di sebelah barat warung kopi depan Balai Desa Karangsari, terdapat dua pohon petai yang saling berdekatan. Pada bulan September 2023 kemarin, kebetulan pohonnya sedang berbuah. Buahnya bergerombol dalam bongkol yang bergelantungan.
Pohon petai bernama ilmiah Parkia speciosa Hassk. Nama genus Parkia diambil dari Mungo Park (1771–1806) [
1Merriam-Webster. (n.d.). Parkia. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved October 31, 2023, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/Parkia
] sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Sedangkan, nama spesies speciosa berasal dari bahasa Latin “speciosus”, yang dalam bahasa Inggrisnya berarti beautiful: indah, bagus, elok, cantik, menarik, dan mencolok [
2https://dictzone.com/latin-english-dictionary/speciosa
], mengacu pada penampakan pohon ketika dewasa.
Dalam laman Britannica Kids disebutkan bahwa Mungo Park adalah seorang penjelajah dan dokter Skotlandia yang cukup terkenal karena ekspedisinya di Sungai Niger di Afrika. Namun sebelumnya, ia pernah menjadi petugas medis di kapal yang melakukan perjalanan ke Sumatera. Saat berada di sana, ia mempelajari kehidupan tumbuhan dan hewan di daerah tersebut. Sekembalinya ke Skotlandia, ia menyerahkan artikel tentang spesies ikan Sumatera yang tidak terdokumentasi ke Linnaean Society.

Buah petai (Parkia speciosa) bergelantungan di bongkol

Spesies Parkia speciosa dideskripsikan oleh Justus Carl Hasskarl (1811-1894) pada tahun 1842, dan dipublikasikan dalam Flora oder allgemeine botanische Zeitung: XXV. Jahrgang. II. Band. Nr. 25-48. Beiblatt 1-8. Literaturbericht 1-9 [
3Hoppe, David Heinrich & Fuhnrohr, August Emanuel. (1842). Flora oder allgemeine botanische Zeitung: XXV. Jahrgang. II. Band. Nr. 25-48. Beiblatt 1-8. Literaturbericht 1-9. Regensburg: Königl. bayer. botanischen Gesellschaft zu Regensburg. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/939
], atau Flora 25(2, Beibl.): 55 (1842).
Hasskarl adalah adalah seorang ahli botani Jerman. Ia pernah tinggal di Jawa (1837-1843) dan pada tahun 1846 ia ditugaskan di Buitenzorg Botanical Garden (sekarang Kebun Raya Bogor). Lalu, dari tahun 1852 hingga 1856 ia terlibat dalam memperkenalkan Chinchona (kina) di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) [
4Stafleu, Frans A. & Cowan, Richard S. (1979). Taxonomic literature: a selective guide to botanical publications and collections with dates, commentaries and types, Volume II: H-Le. Utrecht: Bohn, Scheltema & Holkema. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/103253
].
Nama umum Parkia speciosa adalah garlic bean, petai bean, stink bean, twisted cluster bean, bitter bean (Inggris); stinkboon (Belanda); yongchak (India); pa-tao, kato, sato, sator, sataw (Thailand); patang, nyiring, petai, petah (Malaysia); petai (Indonesia); petai kupang, u'pang (Filipina); chou dou (China); nejire fusa mame no ki (Jepang)  [
5Puccio, Pietro (Text) & Beltramini, Mario (English translation). Parkia speciosa. Retrieved from https://www.monaconatureencyclopedia.com/parkia-speciosa-2/?lang=en
,
6‘Parkia speciosa’ (2022) PlantwisePlus Knowledge Bank. CABI. doi: 10.1079/pwkb.species.44181. Retrieved from https://plantwiseplusknowledgebank.org/doi/10.1079/pwkb.species.44181
,
7http://www.stuartxchange.org/Upang
]
Di Indonesia secara umum dikenal dengan petai, namun juga memiliki nama lokal di beberapa daerah: pekhikha (Singkil), parira (Karo); palia, pelia (Toba); patai (Minangkabau); potai (Kampar); petar (Lampung); peuteuy (Sunda); pete, petai gede, petai pare, segobang, sindutan (Jawa); pode (Bima); puti (Sumba); pote (Sawu); pateka (Ambon); paloh (Seram).

Batang petai (Parkia speciosa)

Petai (Parkia speciosa) termasuk dalam famili Fabaceae, dan berasal dari Semenanjung Malaysia, Indonesia, dan Kalimantan (Sarawak). Ia tumbuh liar di hutan dataran rendah dan sering dibudidayakan di perkampungan Melayu [
8Lim, T.K. (2012). Parkia speciosa. In: Edible Medicinal And Non-Medicinal Plants. Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-94-007-1764-0_90
].
Pohon petai (Parkia speciosa) berbatang kayu keras, kulit batangnya berwarna cokelat kemerahan, dan cabang-cabangnya ditutupi bulu halus. Daunnya menyirip ganda berbentuk majemuk, berbentuk lonjong, kecil dan halus.
Petai mempunyai bunga majemuk yang halus, tersusun rapi pada bongkol bulat lonjong. Bongkol bertangkai panjang dan menggantung. Apabila disentuh terasa lembut seperti wol. Buahnya polong lurus, panjang, dan berwarna hijau. Setiap polong berisi banyak biji, dan berbau tajam.
Dari baunya itu, petai mudah dikenali. Orang Jawa akrab dengan kata-kata yang menggambarkan bau biji petai tersebut, “Mangan pete marai abab mambu raenak” (makan petai menyebabkan bau nafas tidak sedap).

Pohon petai (Parkia speciosa)

Abab
merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya udara yang dihisap melalui hidung atau mulut ke paru-paru dan kemudian dihembuskan kembali. Jika orang usai makan petai pasti ababe mambu (nafasnya berbau tidak sedap).
Oleh karena itu, orangtua dulu selalu bilang kalau setelah makan makanan yang berbau yang menyengat, seperti durian, bawang merah, bawang putih, jengkol maupun petai, disuruh menghilangkan baunya dulu kalau hendak pergi ke masjid, dengan cara menggosok gigi terlebih dahulu. Hal ini semata-mata agar tidak mengganggu orang lain dalam kekhusyukan menjalankan ibadahnya.
Meski berbau tidak sedap, namun petai (Parkia speciosa) telah dimanfaatkan baik sebagai bahan masakan maupun pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, infeksi saluran kemih, dan masalah ginjal [
9Kamisah, Y., Othman, F., Qodriyah, H. M., & Jaarin, K. (2013). Parkia speciosa Hassk.: A Potential Phytomedicine. Evidence-based complementary and alternative medicine : eCAM, 2013, 709028. https://doi.org/10.1155/2013/709028
,
10Azizul, N., Hui, L., Ahmad, N., & Rahman, S.A. (2019). Nutraceutical Potential of Parkia speciosa (Stink Bean): A Current Review. American Journal of Biomedical Science & Research. 4 (6). 392-402. DOI: 10.34297/AJBSR.2019.04.000842. Accessed in https://biomedgrid.com/fulltext/volume4/nutraceutical-potential-of-parka-speciose-stink-bean-a-current-review.000842.php
].
Berbagai bagian tanaman dimanfaatkan, antara lain biji, polong, dan kulit biji. Setelah diteliti melalui kegunaannya dalam pengobatan tradisional, petai (Parkia speciosa) menunjukkan efek antioksidan, hipoglikemik, antitumor, antimikroba dan kardiovaskular yang disumbangkan oleh senyawa fitokimia. *** [011123]


logoblog

Thanks for reading Parkia speciosa, Petai Yang Bikin Abab Tak Sedap

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog