Di halaman rumah Ibu Riatin – beralamat di Dusun Tempur RT 09 RW 13 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang - yang menjadi lokasi dilaksanakannya circle conversation pada Rabu (28/08) beberapa waktu yang lalu, terdapat tiga pohon sawo yang berukuran besar.
Satu berdiri sendiri di pojok sisi tenggara rumah, dan yang dua lagi tumbuh berdampingan di sisi timur laut. Ketiga-tiganya sejajar berada mepet dengan pagar halaman rumah sisi timur, dan termasuk kultivar tipe sawo dengan buahnya berbentuk bulat.
Pohon sawo memiliki nama ilmiah Manilkara zapota (L.) P.Royen. Nama genus Manilkara berasal dari nama daerah daerah dalam bahasa Malayalam di India Selatan “manil-kara” untuk Manilkara kauki, spesies tipe untuk genus tersebut. Sedangkan, julukan khusus zapota diyakini berasal dari kata bahasa Aztec (Nahuatl) “tzapotl” yang berarti buah yang lembut dan manis [
1cabicompendium.34560, CABI Compendium, doi:10.1079/cabicompendium.34560, CABI International, Manilkara zapota (sapodilla), (2022)
].Buah sawo (Manilkara zapota) di antara rerimbunan daun |
Spesies ini mula-mula dideskripsikan oleh botaniwan Swedia Carolus (Carl) Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753 sebagai Achras zapota, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus II [
2Linnaei, Caroli. (1753). Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus II. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13830
], atau Sp. Pl. 2: 1190 (1753).Kemudian pada tahun 1953, botaniwan Belanda Pieter van Royen (1923-2002) merevisi dan mengklasifikasikannya ke dalam genus Manilkara menjadi Manilkara zapota, dan dipublikasikan dalam Blumea: Tijdschrift voor de Systematiek en de Geografie der Planten [
3Royen, Pieter van. (1953). Blumea: Tijdschrift voor de Systematiek en de Geografie der Planten. Blumea 7(2): 410. Leiden, NETHERLANDS. http://legacy.tropicos.org/Name/28700370
], atau Blumea 7: 410 (1953).Nama-nama umum (common names) dari Manilkara zapota: sapodilla, chicle, naseberry, sapote, misple (Inggris); Breiapfelbaum, Kaugummibaum (Jerman); sapodilla pruimboom, sapodilleboom (Belanda); sapotille, sapotillier (Prancis); chicozapote, nisperillo, nispero, sapotillo, zapota, zapote, zapotillo (Spanyol); sapotilheira, sapotí (Portugis); sapota (Italia); cheeku, chiku (Hindi); svadufalam (Sansekerta); lamud (Laos); hong xiem, tam lu'c, xaboche (Vietnam); lomut (Kamboja); lamut, lamut-farang (Thailand); ciku, sawo, sawo manila (Malaysia); sawo (Indonesia); chico (Tagalog); ren xin guo (China); chicle zapote, chicozapote, nispero (Meksiko); nipero (El Salvador); mispel, mispu (Suriname).
Daun sawo (Manilkara zapota) |
Pohon sawo (Manilkara zapota) termasuk dalam famili Sapotaceae, dan daerah asal spesies ini adalah Meksiko hingga Kolombia. Pohon ini ini tumbuh terutama di bioma tropis basah, dan sekarang tersebar luas di daerah tropis dan subtropics Dunia Lama dan Baru.
Manilkara zapota (sawo) tumbuh sebagai pohon berukuran sedang hingga besar dengan tinggi hingga 20 m. Batangnya silindris dan panjang, terutama pada pohon yang tumbuh di hutan; kulitnya berwarna cokelat tua dan retak-retak dalam, membentuk potongan-potongan persegi panjang kecil. Pohon ini memiliki sistem perakaran yang luas.
Daunnya tersusun berselang-seling dan bergerombol di ujung cabang. Daunnya berbentuk lanset hingga lonjong dengan ujung daun lancip dan seluruh tepi daun. Daun muda dan ujung cabang ditutupi dengan rambut halus berwarna cokelat kemerahan. Semua bagian tanaman menghasilkan getah susu. Bunganya berwarna kehijauan, soliter, berbentuk seperti lonceng atau lonceng, dengan tangkai puber berwarna cokelat; 6 sepal, 6 lobus mahkota. Buahnya berupa buah beri berbentuk bulat telur hingga bulat dengan kulit kasar berwarna coklat, berisi 1-12 biji berwarna cokelat atau hitam mengilap (seringkali 5), dikelilingi oleh daging buah berwarna kecokelatan, manis, berair, dan harum [
4Orwa C, A Mutua, Kindt R , Jamnadass R, S Anthony. 2009 Agroforestree Database:a tree reference and selection guide version 4.0 (https://apps.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Manilkara_zapota.PDF)
].Batang dan ranting sawo (Manilkara zapota) |
Kayu sawo dikenal kuat dan kokoh sehingga bisa digunakan untuk konstruksi serta sangat tahan lama, namun sayangnya di kalangan masyarakat, kayu sawo tergolong kayu yang agak susah dalam pengerjaannya sehingga tidak bisa sembarang tukang mampu mengerjakannya.
Umumnya kayu sawo digunakan dalam pembuatan aneka perabot seperti mebel rumah tangga dan kabinet, rangka bangunan, hingga untuk lantai. Karena sifatnya yang sangat kuat, keras, dan awet, kayu ini juga sering digunakan untuk decking dan parquet, garden furniture, pagar, jembatan, dan untuk elemen kayu pada moda transportasi.
Selain dikenal kekokohan kayunya dan cocok untuk peneduh mengingat lebatnya daun, sawo juga terkenal karena kekayaan nutrisinya dan beragam khasiat obatnya, sawo menawarkan banyak manfaat kesehatan.
Tiga pohon sawo (Manilkara zapota) di Dusun Tempur, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang |
Sameeran Gam et. al. (2024) [
5Gam, S., Ahmed, R., Kashyap, B., Sarma, H., Sahariah, B.J., Bora, N.S., Deka, K., Gogoi, B., & Dutta, K.N. (2024). A systematic review on traditional use, phytochemistry and pharmacological activities of Manilkara zapota. Pharmacological Research - Natural Products. 4. 100062. https://doi.org/10.1016/j.prenap.2024.100062
] melaporkan bahwa buah Manilkara zapota (sawo) dikenal karena berbagai macam aplikasi etnobotani, yang berasal dari sifat farmakologisnya yang luas yang terdokumentasi dalam literatur. Secara khusus, biji sawo memiliki kapasitas untuk membersihkan sistem pencernaan secara efektif, selain dikenal karena sifat diuretik dan toniknya. Kulit pohonnya memiliki sifat penurun panas dan astringen. Buah sawo digunakan karena sifat antidiarenya dan telah diterapkan dalam manajemen terapeutik penyakit paru-paru. Buah sawo diakui sebagai sumber antioksidan yang melimpah dan digunakan secara luas untuk mitigasi stres oksidatif. Buah sawo umumnya dianggap memainkan peran penting dalam pencegahan infeksi HIV atau pengurangan penyakit inflamasi.
Daun sawo digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati pilek, batuk, dan diare. Daun dan biji tanaman menunjukkan aktivitas antibakteri dan efek antibiotik yang penting. Ekstrak daun sawo menunjukkan aktivitas antiproliferatif yang penting terhadap sel kanker payudara MCF-7, sebagaimana dibuktikan oleh penurunan ekspresi mRNA siklooksigenase-2. Daun sawo menunjukkan atribut ganda dari aktivitas antiinflamasi dan antipiretik. *** [060924]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar