Minggu, Desember 29, 2024

Zamia furfuracea, Sikas Kardus Berdaun Kaku

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Desember 29, 2024
Halaman depan Sekretariat SMARThealth yang berada di Jalan Sidoluhur No. 59B Dusun Lemah Duwur RT 07 RW 01 Desa Dilem Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, terdapat tiga pot besar warna hitam yang ditanami zamia. 
Ada juga yang menyebut tanaman zamia dengan palem atau sikas kardus. Sikas yang tumbuh lambat ini memiliki daun dengan tekstur yang kaku seperti kardus. Sikas ini ini tergolong tahan terhadap kekeringan.
Sikas kardus memiliki nama ilmiah Zamia furfuracea L.f. ex Aiton  Nama genus Zamia ini berawal dari sebuah kesalahan baca zamiae. Kata ini berasal dari salah baca istilah azaniæ nuces dalam Naturalis Historia karya Pliny the Elder atau Gaius Plinius Secundus  (23- 79 M), yang diterbitkan sekitar tahun 77-79 M, yang digunakan untuk menggambarkan buah pohon pinus yang mekar di pohon [
1Some Magnetic Island Plants. (2019, April 28). Zamia furfuracea. Some Magnetic Island Plants. https://somemagneticislandplants.com.au/cardboard-cycad
].

Tanaman sikas kardus (Zamia furfuracea) di halaman Sekretariat SMARThealth Kepanjen, Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang

Zamia
adalah terjemahan yang salah dalam beberapa teks Pliny the Elder untuk azaniae yang dicomot dari kata Yunani, yang merujuk pada buah pohon pinus. Sedangkan, julukan khusus furfuracea berasal dari bahasa Latin “furfuraceus” (dedak, tepung, lusuh, ketombe), mengacu pada tekstur permukaan daunnya [
2Missouri Botanical Garden. (n.d.). Zamia furfuracea. Missouri Botanical Garden. Retrieved December 28, 2024, from https://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=279647
].
Nama ilmiah Zamia furfuracea awalnya diperkenalkan dan dideskripsikan oleh sejarawan alam Swedia Carl Linnaeus The Younger (1741-1783) pada tahun 1782. Linnaeus f. adalah putra dari ahli botani terkenal Carl Linnaeus (Bapak Taksonomi Modern). Karyanya difokuskan pada kelanjutan dan perluasan kontribusi taksonomi ayahnya, dan ia mendeskripsikan banyak spesies tanaman selama kariernya.
Inisial L.f. atau Linnaeus filius untuk membedakan dirinya dengan ayahnya yang terkenal dalam dunia botani juga, yaitu Carolus Linnaeus (1707-1778).
Kemudian, William Aiton (1731-1793), seorang ahli botani Inggris dan direktur pertama Royal Botanic Gardens di Kew, menerbitkan kembali spesies tersebut pada tahun 1789 dengan nama Zamia furfuracea L.f. ex Aiton, dan dipublikasikan dalam Hortus Kewensis, or, A Catalogue of the Plants Cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew (Vol. III) [
3Aiton, William, Bauer, Franz Andreas, Sowerby, James, Ehret, Georg Dionysius, & Nicol, George. (1789). Hortus Kewensis, or, A Catalogue of the Plants Cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew (Vol. III). London: Printed for George Nicol, Bookseller to his Majesty. https://www.biodiversitylibrary.org/page/5874758
], atau Hort. Kew. [W. Aiton] 3: 477 (1789).

Bonggol batang sikas kardus (Zamia furfuracea) yang pertumbuhannya sangat lambat

Huruf “ex” pada nama tersebut menunjukkan bahwa spesies tersebut awalnya dideskripsikan oleh Linnaeus f. tetapi secara resmi diterbitkan dan dimasukkan dalam karya Aiton. Sejarah penamaan ini mencerminkan bagaimana spesies ini awalnya dideskripsikan oleh Linnaeus f., tetapi kemudian diterbitkan secara resmi oleh Aiton, mengikuti konvensi penamaan botani pada saat itu.
Selain nama ilmiah berupa nama binomial, Zamia furfuracea juga mempunyai nama-nama umum (common names): cardboard cycad, cardboard palm (Inggris); zamier furfuracé (Prancis); palma bola (Spanyol); zamia mutaqashira (Arab); zamia, sikas kardus (Indonesia); měiyè sūtiě, lín bǐ zé mǐ tiě (China).
Tanaman sikas kardus (Zamia furfuracea) termasuk dalam famili Zamiaceae (keluarga sikas), dan daerah asal spesies ini adalah Veracruz (Meksiko). Tanaman ini merupakan semak belukar yang gemar tumbuh terutama di bioma tropis basah.
Zamia furfuracea adalah tumbuhan lambat, dengan batang di bawah tanah yang perlahan-lahan tumbuh di atas tanah seiring bertambahnya usia. Daunnya yang besar dan mencolok tumbuh dalam pola melingkar yang mirip dengan pohon palem, serta bertekstur kaku seperti kardus.
 
Daun sikas kardus (Zamia furfuracea)

Warna daun hijau, dan dipersenjatai duri kecil di sepanjang tangkai daun dan tulang daun. Anak daunnya kasar, berbentuk lonjong hingga lonjong, tepinya sedikit bergerigi dan ditutupi rambut berwarna cokelat kekuningan. Kerucut benih besar terbentuk di bagian tengah tanaman betina dengan banyak benih merah beracun.
Di Indonesia, sikas kardus (Zamia furfuracea) umumnya ditanam sebagai tanaman hias, baik halaman rumah maupun di taman, karena keindahan bentuk daunnya.
Namun El-Seadawy et. al. (2023) [
4El-Seadawy, H., Abo El-Seoud, K., El-Aasr, M., & Ragab, A. (2023). Phytochemical profile, Ethnobotanical and Biological Impacts of Various Zamia Species: A Mini-Review. Journal of Advanced Medical and Pharmaceutical Research, 4, 63–73. https://doi.org/10.21608/jampr.2023.202326.1053
], peneliti dari Department of Pharmacognosy, Faculty of Pharmacy, Tanta University, Mesir, melaporkan bahwa sejumlah kegunaan pada Zamia furfuracea. Orang-orang Honduras dan Kosta Rika memanfaatkannya sebagai racun bagi para penjahat.
Tak hanya itu, menurut El-Seadawy et. al., dengan menggunakan metode pembersihan radikal bebas senyawa kimia organik 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH free radical scavenging) dan kemampuan reduksi plasma besi atau Ferric Reducing Ability (FRAP), ekstrak air daun Zamia furfuracea memiliki kemampuan antioksidan yang kuat yang menghambat radikal bebas dengan persentase penghambatan sebesar 84,51% pada konsentrasi 0,50% bubuk tanaman, yang menunjukkan bahwa Zamia furfuracea dapat menjadi sumber yang berharga dalam terapi perlindungan kemoterapi. Potensi antioksidan Zamia furfuracea dapat dikaitkan dengan kandungan amentoflavone, sciadopitysin, dan sesamin, yang memiliki efek antioksidan yang signifikan.

Pelepah batang sikas kardus (Zamia furfuracea) berpola melingkar

Sementara itu, dengan menggunakan metode difusi yang baik, ekstrak metanol Zamia furfuracea menunjukkan dampak antibakteri yang substansial terhadap Gram +ve (Bacillus coagulans) dan Gram -ve (Escherichia. coli) karena komponen antimikrobanya seperti amentoflavone, isocryptomerin, sesamin, dan limonene.
Sedangkan, dengan menggunakan teknik uji MTT (garam monotetrazolium), ekstrak kasar Zamia furfuracea menunjukkan aktivitas sitotoksik yang substansial terhadap garis sel kanker lambung manusia dengan IC₅₀ (inhibition concentration) sebesar 18,9 μg/mL. Efek sitotoksik hinokiflavone terhadap garis sel HCT-116 menunjukkan bahwa hinokiflavone dapat bertanggung jawab atas efek sitotoksik Zamia furfuracea.
Meski sikas kardus (Zamia furfuracea) memiliki daun yang kaku dan tebal, tetapi ia mempunyai beberapa khasiat obat. Namun demikian, sangat penting untuk dicatat bahwa sebagian besar spesies Zamia, termasuk Zamia furfuracea, mengandung cycasin, yang bisa menyebabkan keracunan jika tidak diproses dengan benar. 
Cycasin dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, dan bahkan otak jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, sangat penting untuk memproses bagian tanaman ini dengan hati-hati jika memang ingin digunakan dalam pengobatan tradisional. Dalam beberapa kasus, keracunan akibat cycasin dapat berakibat fatal pada manusia dan hewan. *** [291224]


logoblog

Thanks for reading Zamia furfuracea, Sikas Kardus Berdaun Kaku

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog