Di Kota Solo, saya menjumpai pohon yang unik, sebuah pohon yang telah memikat imajinasi setiap orang yang melihatnya. Pohon ini dikenal sebagai pohon sosis. Buahnya yang besar dan menjuntai dari batang yang panjang dan ramping – menyerupai sosis berukuran besar – membuatnya mendapat nama yang aneh.
Saya mengenal pohon itu sejak 23 tahun yang lalu, ketika mendampingi mertua dan istri melaksanakan salat Idul Fitri di Komando Resor Militer 074/Warastratama (Korem 074/WRT) yang berlokasi di depan Solo Square Mall.
Kemudian di penghujung tahun 2024, saya juga melihat tanaman ini di Taman Balekambang Solo ketika mendampingi anak wedok mbarep berkunjung ke Taman Balekambang usai dipugar. Selang dua hari di tahun 2025, saya melihat deretan pohon sosis yang mengitari Alun-Alun Lor Kraton Surakarta Hadiningrat.
Pohon sosis memiliki nama ilmiah Kigelia africana (Lam.) Benth. Nama genus Kigelia berasal dari nama daerah asli Miozambik "kigeli keia" untuk pohon sosis tersebut [
1Flora & Fauna Web. (n.d.). Kigelia africana (Lam.) Benth. NParks. Retrieved January 06, 2025, from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/9/2980
]. Sedangkan, julukan khusus africana berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “Africa” (Afrika) dan “-ana” (akhiran yang menunjukkan informasi mengenai tempat atau asal) [2Merriam-Webster. (n.d.). Africana. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved January 6, 2025, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/Africana
], merujuk ke Afrika, tempat tumbuhan ini tumbuh secara alami.Spesies tanaman ini mula-mula diperkenalkan dan dideskripsikan oleh botaniwan Prancis Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet de Lamarck (1744-1829) sebagai Bignonia africana pada tahun 1785, dan dipublikasikan dalam Encyclopédie Méthodique. Botanique (Tome Premier) [
3Lamarck, Jean-Baptiste-Pierre-Antoine de Monet de, & Poiret, Jean-Louis-Marie. (1783). Encyclopédie Méthodique. Botanique (Tome Premier). A Paris: Panckoucke;Plomteux. https://www.biodiversitylibrary.org/page/716546
], atau Encycl. [J. Lamarck & al.] 1(2): 424 (1785).Buah pohon sosis (Kigelia africana) bergelantungan di Alun-Alun Lor Kraton Surakarta Hadiningrat |
Kemudian pada tahun 1849, botaniwan Inggris George Bentham (1800-1884) merevisi dan mengklasifikasikan Bignonia africana ke dalam genus Kigelia menjadi Kigelia africana, dan dipublikasikan dalam Niger Flora; or, An Enumeration of the Plants of Western Tropical Africa [
4Hooker, W.J., Hooker, J.D., Bentham, G., Vogel, J.R.T., & Webb, P.B. (1849). Niger Flora; or, An Enumeration of the Plants of Western Tropical Africa. London: H. Bailliere; [etc., etc.]. https://www.biodiversitylibrary.org/page/551787
], atau Niger Fl. [W. J. Hooker]. 463 (1849).Nama-nama umum (common names) dari Kigelia africana: African sausage tree, cucumber tree (Inggris); korvträd (Swedia); Kigelie, Leberwurstbaum (Jerman); worstenboom (Belanda); arbre à saucisse, saucissonier (Prancis); árbol de las salchichas, korvträd (Spanyol); bvévé, quigélia, árvore-da-salsicha (Portugis); albero delle salsicce (Italia); murrucarruco, muvunguti, muvveve, vongute (Mozambik); worsboom (Afrika Selatan); abu shutor, abu sidra, um mashatur, um shutur (Arab); jhar fanoos, balam khira (Hindi); bí đặc, cây đôi, quả dồi, xúc xích (Vietnam); sai krok africaa (Thailand); pohon sosis (Indonesia); diào dēng shù (China).
Pohon sosis (Kigelia africana) termasuk dalam famili Bignoniaceae, daerah asal spesies ini adalah Afrika tropis hingga selatan. Dari sinilah, Kigelia africana dianggap sebagai pohon sosis dari Afrika. Ia tumbuh di alam liar di daerah basah di sepanjang aliran air, pinggiran sungai, aluvial, dan hutan terbuka, sabana dengan curah hujan tinggi, semak belukar, dan hutan hujan.
Kigelia africana (pohon sosis) adalah pohon semi-gugur berukuran sedang hingga besar yang dapat tumbuh hingga ketinggian 25 m dan memiliki mahkota yang padat dan membulat. Kulitnya berwarna abu-abu dan mengelupas pada pohon yang lebih tua. Kayunya berwarna cokelat pucat dan kekuningan.
Pohon ini selalu hijau di tempat yang terkena hujan, dan berganti daun selama musim kemarau yang panjang. Daunnya berseberangan atau melingkar, dan majemuk menyirip. Perbungaannya terminal, malai, dan bunganya biseksual. Buahnya besar berwarna abu-abu kehijauan dan seperti sosis, panjangnya sekitar 30-60 cm, dan tergantung di tangkai pohon. Setiap buah dapat memiliki berat antara 5-10 kilogram [
5Assanti, G., Kaur, R., Nizard, S., Pollack, E., Rafferty, B., Priano, C., Fernández Romero, J. A. & Koroch, A. R., (2022) “Biology, Chemistry, and Pharmacological Activity of Kigelia africana (Bignoniaceae) and Garcinia kola (Clusiaceae) - a Review”, Journal of Medicinally Active Plants 11(1), 1-21. doi: https://doi.org/10.7275/hece-wp36
].Daun pohon sosis (Kigelia africana) |
Deskripsi yang tepat untuk buahnya yang unik dan memanjang, yang merupakan salah satu ciri pohon yang paling dikenal ini menjadikan pohon ini dikenal dengan sebutan pohon sosis (African sausage tree).
Kigelia africana (pohon sosis) dikenal sebagai pohon serbaguna. Sejumlah kajian etnobotani telah mendokumentasikan kegunaannya. Di Afrika, menurut Nabatanzi et. al. (2020) [
6Nabatanzi, A., M Nkadimeng, S., Lall, N., Kabasa, J. D., & J McGaw, L. (2020). Ethnobotany, Phytochemistry and Pharmacological Activity of Kigelia africana (Lam.) Benth. (Bignoniaceae). Plants (Basel, Switzerland), 9(6), 753. https://doi.org/10.3390/plants9060753
], pohon ini menyediakan sumber makanan bergizi selama masa paceklik atau saat panen buruk, bijinya yang keras dipanggang dan dimakan. Namun, daging buahnya tidak dapat dimakan dan beracun, dikatakan memiliki sifat memabukkan dan pencahar, serta dapat menyebabkan lecet pada lidah dan kulit. Namun buah yang jatuh, beserta daun dan bunganya, dimakan atau diburu oleh hewan ternak dan hewan liar. Buah dan kulit kayunya secara tradisional digunakan dalam produksi bir untuk membantu fermentasi dan meningkatkan rasa. Kayu Kigelia africana dianggap ideal untuk kano, papan, dan tiang pagar. Kayu ini juga digunakan untuk membuat kotak, drum, bangku, kuk, gagang perkakas, lesung, dan mangkuk besar untuk menyiram ternak.
Cabang-cabangnya digunakan untuk membuat busur senapan, dan cabang-cabang yang lebih kecil dilubangi untuk memberikan enema kepada anak-anak. Perangkap tikus, boneka, aneka gelas dan peralatan makan diukir dari kayu dan buah.
Kigelia africana (pohon sosis) dianggap suci di banyak negara di Afrika, dan bunga serta buahnya dianggap sebagai jimat. Buah-buahan biasa dijual di pasar sebagai jimat untuk meningkatkan kekayaan dan kemakmuran, memberi kekuatan dan keberanian kepada para mantan pejuang, meningkatkan hasil panen, serta menangkal kesuburan dan angin topan. Buah dan kulit kayu Kigelia africana dikumpulkan dan diperdagangkan di pasar lokal.
Kelopak bunga pohon sosis (Kigelia africana) |
Buahnya merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, disusul kulit kayu, akar, dan daun. Meskipun bunganya sangat terkenal, namun jarang digunakan sebagai obat karena bersifat musiman dan jatuh dari pohonnya serta mati dalam waktu 14 hari.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Idris Bello et. al. (2016) [
7Bello, I., Shehu, M. W., Musa, M., Zaini Asmawi, M., & Mahmud, R. (2016). Kigelia africana (Lam.) Benth. (Sausage tree): Phytochemistry and pharmacological review of a quintessential African traditional medicinal plant. Journal of ethnopharmacology, 189, 253–276. https://doi.org/10.1016/j.jep.2016.05.049
] menjelaskan bahwa Kigelia africana adalah tanaman obat herbal Afrika yang sangat penting dengan distribusi pan-Afrika dan aplikasi pengobatan dan non-pengobatan yang sangat luas. Tanaman ini digunakan secara tradisional sebagai obat untuk berbagai penyakit seperti penyembuhan luka, rematik, psoriasis, diare, dan penyakit perut. Tanaman ini juga digunakan sebagai afrodisiak dan perawatan kulit.
Giula Assanti et. al. (2022) [
5Assanti, G., Kaur, R., Nizard, S., Pollack, E., Rafferty, B., Priano, C., Fernández Romero, J. A. & Koroch, A. R., (2022) “Biology, Chemistry, and Pharmacological Activity of Kigelia africana (Bignoniaceae) and Garcinia kola (Clusiaceae) - a Review”, Journal of Medicinally Active Plants 11(1), 1-21. doi: https://doi.org/10.7275/hece-wp36
] melaporkan bahwa di masyarakat pedesaan Afrika, Kigelia africana memiliki sejarah panjang penggunaan dalam pengobatan tradisional, terutama untuk mengobati anemia sel sabit, epilepsi, masalah pernapasan dan pencernaan, penyakit hati, kanker kulit, diabetes, dan gangguan jantung dan nutrisi. Buahnya adalah bagian tanaman yang paling sering digunakan dalam sediaan obat tradisional, diikuti oleh kulit batang, akar, dan daun. Bukti folklore (cerita rakyat) menunjukkan bahwa kulit batang dan buah lebih dikenal karena manfaat obatnya daripada daunnya. Penyakit kelamin umumnya diobati dengan ekstrak Kigelia africana, biasanya dalam tuak sebagai obat oral.
Deretan pohon sosis (Kigelia africana) mengitari Alun-Alun Lor Kraton Surakarta Hadiningrat |
Buah yang belum matang digunakan di Afrika Tengah sebagai pembalut luka dan untuk mengobati pendarahan dan rematik. Akan tetapi, daging buahnya tidak dapat dimakan dan beracun serta dapat memiliki efek memabukkan atau pencahar. Buahnya dapat dikonsumsi hanya setelah dikeringkan, dipanggang, atau difermentasi.
Di Afrika Selatan, bijinya dipanggang dan dimakan, atau dihancurkan dan digunakan sebagai salep untuk mengobati pneumonia, malaria, diabetes, infeksi jamur, eksim, dan nyeri pinggang. Buahnya dinilai sebagai afrodisiak, penawar masalah ginekologi, disinfektan, dan obat untuk masalah kulit.
Daun Kigelia africana digunakan untuk sakit punggung, dan infus panas daunnya digunakan untuk tukak lambung dan penyakit kuning. Daun dan kulit batangnya telah digunakan untuk mengobati disentri, sembelit, demam, dan sebagai aborsi. Daunnya juga digunakan untuk menyiapkan tonik untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan.
Ekstrak kulit batang Kigelia africana yang disiapkan oleh herbalis adat Afrika dapat digunakan secara efektif untuk mengobati infeksi terkait kanker, khususnya pada melanoma dan neoplasma kulit lainnya, dan dapat digunakan sebagai obat untuk sifilis dan gonore.
Rebusan kulit batangnya telah digunakan sebagai afrodisiak dan untuk mengobati penyakit ginjal, diare, batuk, dan peradangan. Orang Shona menggunakan kulit atau akar sebagai bubuk atau infus untuk dioleskan pada bisul, sebagai minuman, atau dioleskan untuk mengobati pneumonia, dan sebagai obat kumur untuk sakit gigi. *** [070125]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar