Minggu, Juli 07, 2024

Bahasa Persahabatan Tak Tercermin Dari Kata-Kata, Melainkan Dengan Arti

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Juli 07, 2024
Ahad (07/07), dua teman satu angkatan di Jurusan Sosiologi, FISIPOL, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) – Agus Prasetyo dan Anik Zuraida - hadir di Kota Malang. Mereka adalah sejoli Sosiologi yang mengikat diri menjadi suami istri.
Kehadirannya di Kota Malang, tepatnya di Hotel Atria yang beralamatkan di Jalan Letjen S. Parman No. 87-89 itu dalam rangka menghadiri hajatan temannya di TVRI Jawa Barat yang menikahkan anak laki-lakinya. Kebetulan dapat istri dari Malang.
Agus dan Anik tidak datang berdua tapi mengajak putrinya dan menantunya. Saya yang kebetulan berada di Kepanjen, mendapat pesan singkat lewat whatsapp (WA) pada pukul 08.40 WIB. Namun, saya baru baca pesan tersebut pada pukul 10.22 WIB.

Berjumpa dengan sejoli teman kuliah di lobby Hotel Atria Malang

Setelah menjawab pesannya, saya pun kemudian bersiap-siap berangkat ke Hotel Atria usai mengupload tulisan “Vasconcellea pubescens, Pepaya Gunung Yang Tahan Banting Terhadap Suhu Dingin” untuk konsumsi blog.
Saya tiba di lobby Hotel Atria pada pukul 12.18 WIB. Ngadem di lobby sesaat dari hembusan air conditioning (AC). Kemudian barulah mengirim pesan singkat yang mengatakan bahwa saya sudah menikmati kursi sofa yang ada di lobby.
Lobby Hotel Atria tergolong luas dengan penataan tempat duduk yang bercorak cluster. Hari itu, lobby cukup ramai. Barangkali memang karena sedang ada hajatan di Ballroom Lantai 2. Efeknya hampir semua cluster tempat duduk di lobby berisi orang.
Akhirnya, saya dan teman kuliah bisa bersua di lobby setelah mereka turun dari lantai 2. Saling berkabar, ngobrol sesaat sambil berkenalan dengan putri dan menantunya, saya pun juga memohon maaf karena berhalangan menghadiri pernikahannya mengingat bertepatan dengan acara akhirussanah SD Djama’atul Ichwan Surakarta.

Fasad Resto Hot Cui Mie S. Parman Malang

Dari lobby Hotel Atria kemudian berpindah ke Hot Cui Mie S. Parman yang hanya berjarak sekitar 300 meter saja. Jadi, saya, Agus, Anik, putri dan menantunya cukup jalan kaki dari Hotel Atria Malang.
Hot Cui Mie S. Parman merupakan resto minimalis di tempat kontemporer bernuansa cerah yang menyajikan mi dengan berbagai topping. Tiga lantai disediakan untuk pembeli, dan kita memilih di lantai teratas, yakni lantai 3. 
Dari lantai 3 itu, kita bisa melihat ke arah depannya berupa jalan raya yang penuh dengan hilir mudik kendaraan, dan juga bisa memandang tiga pohon trembesi (Samanea saman) yang berumur tua dan berbatang besar.
Resto Hot Cui Mie S. Parman mempunyai banyak menu yang terkategori dalam hot cui mie, not hot cui mie, cui mie, menu oriental, hidangan pembuka, dan aneka minuman. Lima orang di lantai 3 itu memilih hot cui mie sesuai nama restonya, namun jenis yang dipilih berbeda-beda sesuai seleranya masing-masing. Saya memilih hot cui mie udang dan teh panas.

Berlima menikmati hot cui mie di lantai 3

Bila dilihat sepintas, cui mie Malang tidak begitu berbeda dengan mi ayam. Perbedaannya terletak pada olahan minya. Cui mie biasanya disajikan dengan taburan ayam yang dicincang halus dan dilengkapi dengan daun selada serta sawi. Rasa bumbu mi dan kuahnya cenderung gurih dan disajikan tanpa kecap manis.
Sambil menunggu, kita mengobrol. Tatkala menu pesanan telah tersaji, juga terkadang diselingi dengan obrolan. Dari catatan yang terekam dalam waktu di pengambilan gambar, kita berada di Resto Hot Cui Mie sekitar 43 menit.
Kendati pertemuan bernuansa silaturahmi itu begitu singkat, namun tidak mengurangi kualitasnya. Menurut Henry David Thoreau (1817–1862), seorang filsuf, penyair, ilmuwan lingkungan, dan aktivis politik Amerika, "The language of friendship is not reflected in words, but in meaning” (Bahasa persahabatan tak tercermin dari kata-kata, melainkan dengan arti).

Hot cui mie udang

Kutipan Thoreau ini mengisyaratkan bahwa persahabatan sejati bukan hanya tentang kata-kata yang kita gunakan atau hal-hal yang kita katakan, tetapi tentang pemahaman dan hubungan yang lebih dalam yang terjalin di antara teman-teman.
Hal ini menekankan bahwa esensi persahabatan terletak pada saling pengertian, empati, dan berbagi pengalaman, bukan sekadar ekspresi verbal. Intinya, ini menyoroti pentingnya ketulusan, kepercayaan, dan hubungan emosional dalam persahabatan sejati, melampaui komunikasi verbal belaka.
Saya dan Agus serta Anik berpisah sekitar pukul 14.30 WIB. Mereka akan menuju ke Surabaya, dan saya pun kembali ke Kepanjen. Pertemuan singkat, kilat, dan bersahabat itu memberikan manfaat dalam silaturahmi. *** [070724]


logoblog

Thanks for reading Bahasa Persahabatan Tak Tercermin Dari Kata-Kata, Melainkan Dengan Arti

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog